Your Smart Wedding Platform

Menilik 6 Prosesi Pernikahan Adat Jawa yang Dijalani Erina Gudono Sebelum Menikah dengan Kaesang Pangarep

11 Dec 2022 | By Dyar Ayu Wedding Market | 4960

Putra Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dengan Putri Indonesia Yogyakarta 2022, Erina Gudono telah resmi menjadi suami-istri yang mengusung pernikahan adat Jawa. Pernikahan keduanya dilakukan di Pendopo Royal Ambarrukmo, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) pada Sabtu (10/12/2022) dan berlangsung penuh canda, tapi tetap khidmat.

Erina-Kaesang memilih menggunakan adat Jawa dalam pernikahannya karena keduanya sama-sama berdarah Jawa. Tak setengah-setengah, Erina bahkan menjalani prosesi panjang adat jawa jelang pernikahan, loh. 

Mulai dari pengajian sampai siraman, dilakukan Erina dengan full senyum. Kira-kira, apa saja ya prosesi yang telah dijalani istri Kaesang tersebut? Yuk, simak rangkumannya dari tim WeddingMarket berikut!

Pengajian dan semaan Al-Quran

Fotografi: Morden

Kamis (8/12/2022) Erina Gudono menjalani pengajian jelang pernikahan di kediamannya yang berlokasi di Sinduadi, Mlati, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Dalam gaun lace putih dan veil warna senada, Erina menggunakan makeup bold yang membuatnya tampil menawan. 

Acara pengajian ini berlangsung khidmat dan hanya dihadiri oleh keluarga, tetangga, dan 15 orang ibu-ibu dari majelis taklim. Pengajian ini tak hanya untuk mendoakan agar segala prosesi pernikahannya lancar, tapi juga mengadakan semaan Al-Quran untuk mendoakan sang ayah yang telah meninggal. 

Menurut agama Islam, pengajian sebelum menikah memang tidak diwajibkan. Namun biasanya mereka yang menikah dengan adat Jawa dan Sunda akan melangsungkan pengajian terlebih dahulu dengan agenda pembacaan ayat-ayat Al-Quran hingga tausiah. 

Upacara pemasangan bleketepe

Fotografi: Morden

Keesokan hari, tepatnya pada Jumat (9/12/2022) dilaksanakan upacara pemasangan bleketepe oleh pihak keluarga Erina Gudono. Bleketepe sendiri adalah anyaman dari daun kelapa yang pada zaman dulu digunakan sebagai atap dalam hajatan. Namun di era modern banyak pernikahan digelar di gedung hingga hotel, pemasangan bleketepe hanya dijadikan sebuah simbol. 

Biasanya yang memasang bleketepe adalah ayah dari calon pengantin perempuan. Karena ayah Erina telah berpulang, proses pemasangan bleketepe dilakukan oleh Allen Gudono selaku kakak tertua laki-laki. Makna dari bleketepe sendiri adalah supaya kehidupan pernikahan kedua mempelai selalu teduh, damai, dan tentram. 

Upacara cethik geni

Salah satu yang unik dari pernikahan adat Jawa yang diusung oleh Erina-Kaesang adalah adanya prosesi cethik geni atau dalam bahasa Indonesia artinya menyalakan api. Cethik geni biasanya dijalankan oleh keluarga yang baru pertama kali 'mantu' atau menggelar pernikahan pada anaknya. 

Prosesi cethik geni dimulai dengan menakar uwos atau beras oleh ibu calon mempelai perempuan. Dalam prosesi yang dijalani keluarga Gudono, mereka menggunakan alat takar tradisional berbahan tembaga yang digunakan untuk menakar dagangan dalam prosesi jual beli zaman dulu. Kemudian beras akan dicuci dan dibersihkan atau dalam istilah Jawa disebut dengan mususi

Proses mususi bermakna agar pengantin tidak menggampangkan masalah sepele atau kecil yang akhirnya justru membesar. Baru kemudian ada prosesi adhang atau memasak nasi dengan kayu. Kayu sebagai pemantik api menjadi simbolik atas karep atau kajeng yang artinya hidup.

Upacara racik tirta perwitasari

Sebelum siraman, biasanya akan ada prosesi meracik tirta perwitasari atau meracik air yang akan digunakan untuk siraman. Umumnya air yang diambil untuk proses memandikan tersebut dari tempat-tempat penting atau bersejarah. Untuk air yang digunakan oleh siraman Erina yaitu berasal dari kediaman Jokowi, kediaman Shofiyatun Gudono, Masjid Panepen Keraton Yogyakarta, Mangkunegaran, Masjid Raya Sheikh Zayed Surakarta, dan dari Mekah. 

Air menurut kepercayaan adat Jawa adalah sumber kehidupan. Sementara 7 tempat mengambil air dalam bahasa Jawa bermakna piturun, pituduh, pituwas, pitulus, pitukon, pitutur, dan pitulungan. Tak hanya air, tapi kemudian juga dicampur dengan kembang setaman dengan makna supaya kedua mempelai selalu memiliki sifat kautaman.

Prosesi siraman dan muloni 

Fotografi: Morden via instagram/erinagudono

Tak langsung siraman, Erina melangsungkan sungkem terlebih dahulu. Selain dengan ibunda, Erina juga sungkeman kepada kedua kakaknya yaitu Allen dan Nadya Gudono. Prosesi sungkeman ini sekaligus menjadi momen izin untuk melangkahi kedua kakaknya yang diketahui memang belum menikah. 

Dalam prosesi sungkeman adat Jawa umumnya pengantin perempuan akan minta doa restu dari keluarga supaya pernikahannya berjalan lancar. Dan pada saat prosesi siraman, orang pertama yang memandikan adalah orang tua calon mempelai, lalu dilanjutkan dengan saudara, dan sesepuh keluarga. 

Siraman diambil dari kata 'siram' atau dalam bahasa Indonesia yaitu mandi. Tujuannya supaya setelah melakukan prosesi tersebut, segala sifat buruk dari calon mempelai ikut larut bersama air siramannya. Tak sampai di sana, ada juga prosesi muloni di mana ibu mengucurkan air dari wadah klenting kepada mempelai. Muloni bermakna curahan kasih sayang ibu kepada anak-anaknya yang tiada terputus.

Prosesi malam midodareni

Fotografi: Morden via instagram/erinagudono

Dan prosesi sebelum akad nikah yang dijalani oleh Kaesang-Erina adalah malam midodareni. Malam midodareni adalah saat keluarga calon mempelai laki-laki mendatangi kediaman calon mempelai perempuan sambil membawa seserahan. 

Seserahan dalam adat Jawa sangat beraga. Misalnya ketan atau jenang yang maknanya agar pengantin selalu raket atau lengket seperti tekstur dari kedua makanan tersebut. Ada juga pisang raja yang selain karena buahnya manis legit, tapi merupakan simbol dari harapan besar. Selain itu bisa juga berisi satu set perhiasan, jajan pasar atau jajan tradisional, dan lain sebagainya. Meskipun bertamu ke rumah calon istri, justru calon pengantin tak diperkenankan untuk bertemu, loh. 

Malam midodareni adalah malam lajang terakhir bagi kedua calon mempelai. Makannya saat itu biasanya calon pengantin perempuan ditemani oleh teman-teman atau kerabat sesama perempuan.

Mengusung pernikahan adat Jawa seperti Kaesang dan Erina bukan semata-mata demi keinginan pribadi, tapi juga momen untuk mengenalkan kekayaan budaya yang ada di Indonesia, khususnya kepada kawula muda sekarang. Apalagi setiap prosesinya memiliki makna dan doa baik untuk calon pengantin, sangat disayangkan kalau tak menggunakan adat.


Artikel Terkait



Artikel Terbaru